Berbicara akademik
dalam masa kuliah, pikiran kita bisa jadi mengarah ke IPK (Indeks Prestasi
Kumulatif) IPK tinggi pasti diidamkan hampir semua mahasiswa. Ya.. dimata sebagian orang IPK ini seakan akan
menjadi pilar masa depan mereka. Ya, memang IPK itu penting. IPK menunjukkan
hasil pembelajaran kita selama di perkuliahan. Tetapi IPK tinggi tak menjamin
masa depan yang cerah... ya, IPK hanya mengantarkan kita sampai pada bagian
wawancara. Dimana selanjutnya, seleksi alam lah yang menentukan apakah kita pantas
menduduki jabatan yang kita impikan. Jabatan yang tidak hanya menuntut kita
untuk mempunyai IPK tinggi.. tetapi juga kemampuan kemampuan dasar dalam
mengelola hidup kita, mengelola hal lain, dan bekerja sama dengan orang banyak.
Yang bisa dikatakan sebagai soft skills.
Banyak
mahasiswa ‘Galau’ ya.. kenapa masih galau? Ketika terjadi polarisasi antara
akademik dan organisasi, banyak mahasiswa yang ‘ketakutan’ akan dampak
berorganisasi bagi nilai akademis mereka.
Hal ini wajar,
mengingat kiprah di bidang organisasi, tentunya menuntut totalitas, dan juga
waktu mahasiswa untuk ikut berkontribusi dalam organisasi tersebut. Ketika
fokus akademis itu terburamkan oleh aktifitas lain yang berkaitan dengan
organisasi, bisa jadi nilai akademis akan menurun. Tetapi tidak semua aktifitas
organisasi ini mengakibatkan IPK turun, banyak mahasiswa senior yang
membuktikan diri bahwasanya mereka tetap bisa berkontribusi dalam organisasi
tanpa mengabaikan nilai akademis mereka.
“Ini bukan soal memilih fokus antara organisasi atau akademis.. tetapi
bagaimana cara kita mengatur, memanajemen semua aktifitas kita di perkuliahan”
Tentunya akademis
dan organisasi, keduanya mempunyai peran dan manfaat penting bagi mahasiswa.
Haruskah kita fokus pada salah satunya? Atau memilih keduanya, dan mengorbankan
salah satu diantara mereka? Tanyakan ini pada diri anda sendiri.
Sesungguhnya,
saat kita mengikuti akademis dengan baik, kita akan mendapatkan ilmu
pengetahuan, wawasan baru yang lebih luas, yang bisa dikatakan sebagai hard
skills. Dan disaat mengikuti organisasi banyak sekali pengalaman pengalaman serta
kemampuan yang kita dapatkan dan hal ini disebut sebagai soft skills. Hal ini
terkait dengan manajemen diri kita dalam mengelola sesuatu, entah mengelola
diri sendiri, mengelola waktu, uang, dan mengelola kerja sama dengan orang lain
Jika kita
hanya mempunyai bekal hard skills, apakah kita dapat survive, bertahan hidup
dalam arus zaman yang selalu berubah secara dinamis di era globalisasi ini? Tentu
saja tidak. We need balance guys! Yap.. keseimbangan antara hard skills dan
soft skills.
Saat kita
mempunyai penelitian, dan menghasilkan inovasi baru tentunya publik harus
tahu.. bagaimana caranya? Presentasi/publikasi adalah salah satu caranya,
tetapi disaat peneliti tersebut tidak dapat menyampaikan keilmuannya dengan
baik. Tentunya akan sulit dipahami.. disinilah peran soft skills.
Back to the
topic, polarisasi antara organisasi dan akademik. Selain hal tersebut, banyak
sekali faktor yang membuat mahasiswa tidak ingin berorganisasi. Ya, paradigma
mahasiswa saat ini adalah “bagaimana saya bisa cepat lulus dan cepat bekerja” menganut
prinsip ekonomi klasik dimana mengorbankan sesuatu sekecil – kecilnya tetapi
mendapatkan hasil yang sebesar – besarnya. Paradigma ini membuat mahasiswa
seakan lupa akan jati dirinya, sebagai seorang “Agent Of Change” sebagai
seorang social control. Pola pikir mereka terkesan individualis, dimana yang
dipikirkannya adalah tentang dirinya, tentang masa depannya.. bukan tentang
RAKYAT.
Seperti yang kita ketahui
bersama, bahwasanya mengabdi kepada rakyat adalah tanggung jawab mahasiswa, hal
ini bahkan tertuang dalam tridharma perguruan tinggi.
Mari kita renungkan bersama.. apa
yang sudah kita lakukan untuk negeri ini?
Apa yang sudah kita lakukan untuk rakyat ini?
Apakah diri ini masih
individualis?
Apakah masih memikirkan diri
sendiri dan angan – angan tentang masa depan?
Sesungguhnya, negeri ini butuh
kita!
Negeri ini butuh pemuda pemudi
penggebrak rakyat Indonesia...
Sebagai mahasiswa, kita dapat
berperan aktif dengan memberikkan solusi – solusi atas permasalahan dan realita
yang terjadi di ibu pertiwi ini, solusi konkret, solusi aplikatif, tidak hanya
sekedar teoritis.. tetapi praktikal juga. Bahkan, kita dapat terjun langsung
kepada masyarakat, untuk melihat realita kehidupan yang sesungguhnya dan ikut
berpartisipasi dalam membangun negeri dan memajukkan bangsa tercinta kita, BANGSA INDONESIA.