Tuesday, November 19, 2013

Lejitkan Potensi, Bangun Karakter Indonesia Mandiri : Eksplorasi Biodiversitas Cermin Indonesia Unggul

Winda Nurafiani
Fakultas Biologi 13/349093/BI/9143

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan biodiversitas. Kekayaan alam yang melimpah baik flora maupun fauna. Biodiversitas ini merupakan suatu berkah dari Tuhan YME yang berpotensi untuk dikembangkan, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun bidang ekonomi. Negara kita kaya akan sumber daya, banyak diantaranya yang belum tereksplorasi dan belum dirasakan kebermanfaatannya secara maksimal untuk rakyat Indonesia. Sebagai seorang pemuda, mahasiswa, seorang insan intelektual, hal ini merupakan sebuah tanggung jawab besar, tanggung jawab untuk melejitkan potensi Indonesia dengan jalan eksplorasi biodiversitas untuk mewujudkan Indonesia yang unggul. Sangat disayangkan apabila kekayaan alam di Indonesia tak digali secara maksimal, ditambah lagi apabila kekayaan alam itu justru lebih digali dan dimanfaatkan oleh pihak – pihak asing. Banyak kasus yang terjadi di Indonesia, dimana banyak investor asing yang menanamkan modal dalam sumber daya dan mengambil untung yang terbilang sangat besar, sementara negara kita hanya mendapatkan untung beberapa persen saja. Apabila negara Indonesia berani untuk mengambil langkah kedepan, dalam pengelolaan dan pengembangan sumber daya alam Indonesia, tentu saja negara kita bisa mendapatkan pemasukan negara yang besar, implikasinya adalah kesejahteraan masyarakat Indonesia meningkat serta mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.  Selain dalam bidang ekonomi, eksplorasi biodiversitas Indonesia sangatlah fundamental dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia memiliki 515 spesies mamalia (urutan kedua dalam daftar mamalia dunia setelah Brazil), 3% di antaranya endemik, 511 spesies reptil (keempat dalam keragaman), 150 dari mereka endemik, 1.531 spesies burung (kelima), 397 dari mereka endemik, dan 270 spesies amfibi (keenam), 100 dari mereka endemik, 75 spesies burung psittacine (pertama), dengan 38 di antaranya endemik, dan 35 spesies primata (keempat). Negara ini juga berada di posisi lima besar pada keanekaragaman tumbuhan dengan perkirakan 38.000 spesies tanaman, dan memimpin dunia dalam keanekaragaman palem dengan 477 spesies, 225 dari mereka endemik, dan memiliki lebih dari setengah dari 350 jenis pohon dipterocarpaceae, dengan 155 menjadi endemik di Kalimantan. Indonesia juga menempati urutan belakang dari Brazil dan Columbia dalam keragaman ikan air tawar, sekitar 1.400 spesies. Beberapa spesies ditemukan hanya di abad ke-20. Tetapi sebagian besar spesies yang ada di Indonesia justru ditemukan dan diteliti oleh pihak – pihak asing. padahal Indonesia sebagai negara yang mempunyai biodiversitas itu seharusnya lebih ’concern’ terhadap sumber daya.
Yang lebih menyedihkan lagi, banyak biodiversitas Indonesia yang belum tereksplor dengan baik, pada akhirnya diteliti dan dipatenkan oleh pihak asing. Indonesia hanya bisa merespon setelah hal tersebut terjadi, seakan acuh tak acuh terhadap biodiversitas itu sebelum dicuri oleh pihak asing. Pencurian biodiversitas ini bisa disebut sebagai biopiracy. Istilah ini memang masih asing bagi kebanyakan orang awam, istilah biopiracy ini digunakan untuk menjelaskan pencurian materi genetik atau bahkan pengetahuan tradisional dari suatu negara untuk dimanfaatkan oleh negara lain tanpa mekanisme  benefit yang jelas. Tidak ada MoU (Momerandum of Understanding) dan kesepakatan yang jelas antar kedua negara. Hal ini menjadi masalah yang cukup serius manakala menyangkut martabat dan kedaulatan bangsa Indonesia.
Biopiracy dilakukan oleh pihak asing dengan berbagai macam cara, mulai dari berpura – pura sebagai turis asing yang berlibur ke Indonesia, kerjasama penelitian, dan bahkan pertukaran pelajar ke luar negeri. Sebagai contoh, pada saat terjadi wabah flu burung, pihak asing mengambil materi genetik virus flu burung dari Indonesia untuk kemudian diteliti untuk pengembangan vaksin. Setelah itu, mereka memperbanyak vaksin dan menjual vaksin kembali ke Indonesia. Ini berarti Indonesia harus membayar  atas produk yang sebenarnya bersumber pada apa yang dimilikinya. Bahkan dalam kasus vaksin virus flu burung kita harus membayar mahal  untuk memperoleh vaksin tersebut, padahal bahan genetik yang digunakan dalam pembuatan vaksin tersebut berasal dari Indonesia. Bisa dibayangkan berapa kerugian yang diderita negara kita? Sampel virus flu burung diambil secara percuma, kemudian dijual kembali dan Indonesia harus menggelontorkan dana miliyaran rupiah untuk vaksin ini.
Pemerintah sudah sepantasnya memberi kesempatan lebih kepada peneliti Indonesia untuk berkembang dengan cara mempermudah akses dan memberi sokongan dana untuk melakukan penelitian khususnya penelitian biodiversitas. Agar kejadian semacam ini tidak akan terjadi lagi di Indonesia.
Apakah implementasi peran mahasiswa dalam kasus biopiracy ini?
Sebagai mahasiswa seharusnya terpanggil untuk  mendidik lingkungan sekitar, menumbuhkan kecintaan dan rasa kepemilikan terhadap Indonesia, termasuk pada kekayaan alamnya. Karena tanpa disadari, banyak kasus biopiracy dimana peran orang pribumi yang justru membantu pihak asing dalam pengambilan sampel tersebut.  Faktor ketidaktahuan bisa disebut sebagai faktor utama terjadinya biopiracy. Maka dari itu, komunikasi secara intensif berupa diskusi harus dibangun baik di kalangan akademisi maupun di kalangan masyarakat umum. Kajian dari berbagai disiplin ilmu harus terus digalakkan, karena dengan rasa kepemilikan yang dipadukan dengan pengetahuan akan membuahkan solusi – solusi yang aplikatif terhadap penanganan dan mitigasi dari biopiracy.
Lalu apa yang kontribusi nyata yang dapat dilakukan oleh mahasiswa?
Kontribusi nyata yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa adalah kenali kekayaan kita, bagaimana caranya? Salah satu langkah perwujudannya adalah terdapatnya kelompok studi yang bergerak dalam berbagai bidang, seperti Kelompok Studi Herpetologi, Kelompok Studi Kelautan, Kelompok Studi Entomologi, BiOSC, dan sebagainya yang terdapat di Fakultas Biologi. Melalui KS ini, mahasiswa dapat melakukan inventarisasi terhadap kekayaan alam Indonesia, baik flora maupun fauna. Selain inventarisasi, penelitian pun dilakukan, untuk kemudian dipublikasikan agar biodiversitas ini terjaga kelestarian dan orisinalitasnya di Indonesia. Publikasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam melakukan penelitian, hal ini bisa menjadi pembuktian juga bahwasanya Indonesia dapat meneliti dan mengelola biodiversitasnya secara mandiri dalam rangka mewujudkan Indonesia yang unggul.

***
Daftar Pustaka



No comments:

Post a Comment