Thursday, December 12, 2013

Colored?

When I born, I Black,
When I grow up, I Black,
When I go in Sun, I Black,
When I scared, I Black,
When I sick, I Black
And when I die, I still Black. . .

And you White fella,
When you born, you Pink,
When you grow up, you White,
When you go in Sun, you Red,
When you Cold, you Blue,
When you scared, you Yellow
When you sick, you Green
And when you die, you Gray. . .
And you calling me Colored?

This poem nominated as The Best Poem in 2005 for The Anti Racism Festival 11th, in Yunani. This poem made by African Child Aly El Shaly. This poem gives the critical about racism.
So, are you still wanna call them colored?

Colored?


Tuesday, November 19, 2013

Lejitkan Potensi, Bangun Karakter Indonesia Mandiri : Eksplorasi Biodiversitas Cermin Indonesia Unggul

Winda Nurafiani
Fakultas Biologi 13/349093/BI/9143

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan biodiversitas. Kekayaan alam yang melimpah baik flora maupun fauna. Biodiversitas ini merupakan suatu berkah dari Tuhan YME yang berpotensi untuk dikembangkan, baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun bidang ekonomi. Negara kita kaya akan sumber daya, banyak diantaranya yang belum tereksplorasi dan belum dirasakan kebermanfaatannya secara maksimal untuk rakyat Indonesia. Sebagai seorang pemuda, mahasiswa, seorang insan intelektual, hal ini merupakan sebuah tanggung jawab besar, tanggung jawab untuk melejitkan potensi Indonesia dengan jalan eksplorasi biodiversitas untuk mewujudkan Indonesia yang unggul. Sangat disayangkan apabila kekayaan alam di Indonesia tak digali secara maksimal, ditambah lagi apabila kekayaan alam itu justru lebih digali dan dimanfaatkan oleh pihak – pihak asing. Banyak kasus yang terjadi di Indonesia, dimana banyak investor asing yang menanamkan modal dalam sumber daya dan mengambil untung yang terbilang sangat besar, sementara negara kita hanya mendapatkan untung beberapa persen saja. Apabila negara Indonesia berani untuk mengambil langkah kedepan, dalam pengelolaan dan pengembangan sumber daya alam Indonesia, tentu saja negara kita bisa mendapatkan pemasukan negara yang besar, implikasinya adalah kesejahteraan masyarakat Indonesia meningkat serta mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.  Selain dalam bidang ekonomi, eksplorasi biodiversitas Indonesia sangatlah fundamental dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia memiliki 515 spesies mamalia (urutan kedua dalam daftar mamalia dunia setelah Brazil), 3% di antaranya endemik, 511 spesies reptil (keempat dalam keragaman), 150 dari mereka endemik, 1.531 spesies burung (kelima), 397 dari mereka endemik, dan 270 spesies amfibi (keenam), 100 dari mereka endemik, 75 spesies burung psittacine (pertama), dengan 38 di antaranya endemik, dan 35 spesies primata (keempat). Negara ini juga berada di posisi lima besar pada keanekaragaman tumbuhan dengan perkirakan 38.000 spesies tanaman, dan memimpin dunia dalam keanekaragaman palem dengan 477 spesies, 225 dari mereka endemik, dan memiliki lebih dari setengah dari 350 jenis pohon dipterocarpaceae, dengan 155 menjadi endemik di Kalimantan. Indonesia juga menempati urutan belakang dari Brazil dan Columbia dalam keragaman ikan air tawar, sekitar 1.400 spesies. Beberapa spesies ditemukan hanya di abad ke-20. Tetapi sebagian besar spesies yang ada di Indonesia justru ditemukan dan diteliti oleh pihak – pihak asing. padahal Indonesia sebagai negara yang mempunyai biodiversitas itu seharusnya lebih ’concern’ terhadap sumber daya.
Yang lebih menyedihkan lagi, banyak biodiversitas Indonesia yang belum tereksplor dengan baik, pada akhirnya diteliti dan dipatenkan oleh pihak asing. Indonesia hanya bisa merespon setelah hal tersebut terjadi, seakan acuh tak acuh terhadap biodiversitas itu sebelum dicuri oleh pihak asing. Pencurian biodiversitas ini bisa disebut sebagai biopiracy. Istilah ini memang masih asing bagi kebanyakan orang awam, istilah biopiracy ini digunakan untuk menjelaskan pencurian materi genetik atau bahkan pengetahuan tradisional dari suatu negara untuk dimanfaatkan oleh negara lain tanpa mekanisme  benefit yang jelas. Tidak ada MoU (Momerandum of Understanding) dan kesepakatan yang jelas antar kedua negara. Hal ini menjadi masalah yang cukup serius manakala menyangkut martabat dan kedaulatan bangsa Indonesia.
Biopiracy dilakukan oleh pihak asing dengan berbagai macam cara, mulai dari berpura – pura sebagai turis asing yang berlibur ke Indonesia, kerjasama penelitian, dan bahkan pertukaran pelajar ke luar negeri. Sebagai contoh, pada saat terjadi wabah flu burung, pihak asing mengambil materi genetik virus flu burung dari Indonesia untuk kemudian diteliti untuk pengembangan vaksin. Setelah itu, mereka memperbanyak vaksin dan menjual vaksin kembali ke Indonesia. Ini berarti Indonesia harus membayar  atas produk yang sebenarnya bersumber pada apa yang dimilikinya. Bahkan dalam kasus vaksin virus flu burung kita harus membayar mahal  untuk memperoleh vaksin tersebut, padahal bahan genetik yang digunakan dalam pembuatan vaksin tersebut berasal dari Indonesia. Bisa dibayangkan berapa kerugian yang diderita negara kita? Sampel virus flu burung diambil secara percuma, kemudian dijual kembali dan Indonesia harus menggelontorkan dana miliyaran rupiah untuk vaksin ini.
Pemerintah sudah sepantasnya memberi kesempatan lebih kepada peneliti Indonesia untuk berkembang dengan cara mempermudah akses dan memberi sokongan dana untuk melakukan penelitian khususnya penelitian biodiversitas. Agar kejadian semacam ini tidak akan terjadi lagi di Indonesia.
Apakah implementasi peran mahasiswa dalam kasus biopiracy ini?
Sebagai mahasiswa seharusnya terpanggil untuk  mendidik lingkungan sekitar, menumbuhkan kecintaan dan rasa kepemilikan terhadap Indonesia, termasuk pada kekayaan alamnya. Karena tanpa disadari, banyak kasus biopiracy dimana peran orang pribumi yang justru membantu pihak asing dalam pengambilan sampel tersebut.  Faktor ketidaktahuan bisa disebut sebagai faktor utama terjadinya biopiracy. Maka dari itu, komunikasi secara intensif berupa diskusi harus dibangun baik di kalangan akademisi maupun di kalangan masyarakat umum. Kajian dari berbagai disiplin ilmu harus terus digalakkan, karena dengan rasa kepemilikan yang dipadukan dengan pengetahuan akan membuahkan solusi – solusi yang aplikatif terhadap penanganan dan mitigasi dari biopiracy.
Lalu apa yang kontribusi nyata yang dapat dilakukan oleh mahasiswa?
Kontribusi nyata yang dapat kita lakukan sebagai mahasiswa adalah kenali kekayaan kita, bagaimana caranya? Salah satu langkah perwujudannya adalah terdapatnya kelompok studi yang bergerak dalam berbagai bidang, seperti Kelompok Studi Herpetologi, Kelompok Studi Kelautan, Kelompok Studi Entomologi, BiOSC, dan sebagainya yang terdapat di Fakultas Biologi. Melalui KS ini, mahasiswa dapat melakukan inventarisasi terhadap kekayaan alam Indonesia, baik flora maupun fauna. Selain inventarisasi, penelitian pun dilakukan, untuk kemudian dipublikasikan agar biodiversitas ini terjaga kelestarian dan orisinalitasnya di Indonesia. Publikasi merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam melakukan penelitian, hal ini bisa menjadi pembuktian juga bahwasanya Indonesia dapat meneliti dan mengelola biodiversitasnya secara mandiri dalam rangka mewujudkan Indonesia yang unggul.

***
Daftar Pustaka



Saturday, November 16, 2013

Penulisan Karya Ilmiah: Goresan Tinta Abadi Untuk Generasi Masa Depan

Winda Nurafiani
Fakultas Biologi 13/349093/BI/9143

Peran mahasiswa yang fundamental dalam masyarakat secara garis besar dapat digolongkan sebagai motor perubahan, sebagai agen pembaharu yang diharapkan mampu berkontribusi dalam kemajuan bangsa, melakukan pembaharuan dalam sistem yang ada. Salah satu bentuk nyata peran mahasiswa adalah gerakan mahasiswa secara masif di Indonesia yang berujung pada bergulirnya pemerintahan orde baru yang kala itu dipimpin oleh Presiden Soeharto. Namun, pada era sekarang ini, rasanya sudah tidak relevan lagi apabila implementasi peran mahasiswa hanya sekedar demonstrasi seperti yang dilakukan pada masa lalu. Implementasi peran mahasiswa di era modern ini, haruslah terarah dan berbasis pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Semua elemen ini tentunya harus berjalan sinergis dan harmonis dalam rangka merealisasikan tujuan, yaitu memajukan bangsa Indonesia. Selain itu, mahasiswa juga dapat melakukan strategi investigatif  dengan melakukan pendampingan dalam rangka upaya pemberdayaan masyarakat serta melakukan kontribusi nyata dengan disiplin ilmu yang sudah diperoleh di bangku kuliah agar bisa terimplementasikan bagi masyarakat yang membutuhkan.
Dilain sisi, mahasiswa dituntut untuk berpikir kritis. Berpikir kritis itu kebutuhan, kebutuhan bagi para mahasiswa agar lebih peka dalam menghadapi dan merespons segala permasalahan dan dinamikanya pada masyarakat Indonesia. Selama ini, respons tersebut ‘terikat’ pada aksi mahasiswa, akan tetapi hal ini dapat terimplementasikan dalam bentuk lain, yang salah satunya adalah keaktifan dalam menulis. Melalui keaktifan menulis pada berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik, kesejatian mahasiswa, sebagai seorang pemikir dan calon pemimpin akan selalu terabadikan lewat tulisannya, dan bahkan tulisan tersebut dapat memberikan pengaruh besar terhadap orang lain, selain itu dapat memberikan inspirasi kepada kaum lainnya baik tua maupun muda, karena melalui tulisan segala aspirasi dapat teruraikan secara nyata. Akan tetapi perlu digaris bawahi bahwasanya untuk menulis dibutuhkan kefaktualan, tidak hanya sekedar opini – opini yang dapat membangun pola pikir baru yang mungkin menyimpang. Untuk itu, regulasi menulis ini dapat dituangkan dalam penulisan karya ilmiah, sebuah karya yang didapat dengan metode yang jelas, secara sistematis, dan tentunya karya tersebut dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan.
Terkait dengan peran mahasiswa, yang salah satunya adalah bertanggung jawab dalam melestarikan dan mengembangkan potensi – potensi yang ada di Indonesia, baik sumber daya hayati, budaya maupun ilmu pengetahuan lokal yang belum tereksplorasi selama ini. Mahasiswa diharapkan mampu menjadi agen yang mengubah ‘oral tradition’ pada ilmu pengetahuan Indonesia. Hal tersebut dapat dituangkan dalam karya ilmiah, mahasiswa dapat melegendakan pemikiran mereka dan hasil riset baik mengenai sumber daya hayati, budaya maupun ilmu pengetahuan lokal kedalam sebuah karya ilmiah. Dengan begitu, generasi yang akan datang diharapkan dapat mewarisi ilmu berupa tulisan yang faktual dan abadi.
Dengan semangat dalam melegendakan pengetahuan dan kecerdasan intelektual dalam sebuah karya ilmiah, mahasiswa yang memiliki integritas moral, kredibilitas sosial, dan profesionalitas keilmuan menempati posisi fundamental yang siap mengawal setiap perubahan Indonesia menuju ke arah yang lebih baik, walaupun hanya dengan goresan tinta.


***
Daftar Pustaka

Al Arifa, Nur Saudah. 2010. Sejarah Perjuangan dan Peran Mahasiswa dalam Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Subdit PPKB Ditmawa Universitas Gadjah Mada.
Nisa, Zahrotun. 2010. Mahasiswa sebagai Agent of Change dan Social Control Pembangunan Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Subdit PPKB Ditmawa Universitas Gadjah Mada.
Prastowo, Fuji Riang. 2010. Mengikis Eurosentrisme Melalui Sikap Kritis Mahasiswa Berbasis Indigenious Knowledge. Yogyakarta: Subdit PPKB Ditmawa Universitas Gadjah Mada.



Kerangka berpikir ilmiah:
Berpikir Ilmiah, Kreatif, Inovatif, Implementasi Peran Mahasiswa sebagai Agent of Change

Winda Nurafiani
Fakultas Biologi 13/349093/BI/9143

Sebagai insan intelektual dan calon pemimpin bangsa, mahasiswa dituntut untuk dapat berpikir ilmiah, berpikir secara kritis, dalam menghadapi segala dinamika persoalan di Indonesia. Berpikir merupakan kegiatan akal untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan yang menggabungkan induksi dan deduksi (Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan).  Berpikir Ilmiah merupakan kegiatan yang menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan suatu hal berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan. Sehingga hal tersebut dapat dibuktikan kebenarannya dan diterima orang lain. Berpikir ilmiah juga harus melalui proses yang panjang dan benar karena akan menyangkut kebenaran. Dalam berpikir ilmiah seseorang harus memperhatikan dasar-dasarnya. Yang didalamnya menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. Satu hal yang menjadi garis bawah adalah kebenaran ilmiah tidak mutlak, melainkan bersifat sementara, relatif, metodologis, pragmatis, dan fungsionalis, dan epistemologis.
Sebagai insan akademis, potensi mahasiswa dapat dilihat dari aspek intelektualitas, kecerdasan, dan penguasaan wawasan keilmuan. Ilmu dan wawasan selain menambah khasanah pengetahuan juga dapat memberikan bekal teoritis mapun praktis dalam merumuskan pemecahan masalah. Sehingga apabila seorang mahasiswa menghadapi suatu problematika yang belum pernah dihadapi sebelumnya, mahasiswa sudah memiliki bekal yang metodologis dan sistematis untuk merumuskan solusi – solusi untuk memecahkan masalah dan tentunya solusi tersebut merupakan solusi yang konkret, membumi, aplikatif, dan bermutu, yang dapat direalisasikan dalam berbagai bentuk, salah satunya dalam bentuk riset, baik riset dalam bidang eksakta maupun non eksakta. Namun, semua itu harus tetap berpegang teguh pada penguasaan bidang keilmuan masing – masing, untuk kemudian dapat dilihat dari berbagai sudut pandang secara interdisipliner sehingga menghasilkan jalan keluar yang solutif.
Akan tetapi, peran yang dilakoni mahasiswa tidak selalu bersifat konseptual, tetapi juga harus bersifat praktikal, yang dapat direalisasikan dengan terjun langsung ke masyarakat. Namun, hal tersebut harus disadari oleh kerangka berpikir ilmiah. Mahasiswa dapat memulai aksinya dalam upaya penyelesaian masalah – masalah yang ada pada suatu daerah, yang dimulai dengan observasi berupa kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk menemukan akar permasalahan yang terjadi di daerah tersebut untuk kemudian dapat ditarik sebuah hipotesa, yang kemudian akan diuji melalui eksperimen dan kemudian dapat ditarik kesimpulan yang dapat berupa solusi terhadap permasalahan tersebut. Seorang mahasiswa yang cerdas, adalah seorang mahasiswa yang dapat mengubah sebuah permasalahan menjadi potensi besar. Sebagai contoh, dalam sebuah daerah terdapat potensi sumber daya alam berupa singkong, apabila komoditi singkong ini hanya dijual dalam bentuk singkong tentu saja nilainya tidak terlalu tinggi, ditambah lagi jumlah produksi komoditi ini melimpah dan sering kali hasil  komoditi ini melebihi permintaan pasar. Implikasinya, kelebihan singkong ini akan terbuang percuma. Sebagai mahasiswa, kita dapat berkontribusi dengan jalan melakukan riset untuk membuat singkong ini bernilai “lebih” dan termanfaatkan secara maksimal. Mahasiswa dapat membuat produk olahan singkong  yang memiliki nilai jual tinggi misalnya gatot tiwul, selain itu hal ini juga mampu meningkatkan daya tahan produk itu sendiri. Implikasi positif lainnya yang didapat adalah terbukanya lapangan pekerjaan dalam produksi komoditi ini yang kemudian dapat mengurangi angka pengangguran serta meningkatkan kesejahteraan masyarakaat daerah tersebut.
Berpijak dari narasi diatas, dapat ditarik konklusi bahwasanya mahasiswa sebagai agent of change, mempunyai peran besar untuk berkontribusi dalam membangun negeri ini, dan dapat diwujudkan dalam berbagai cara dimulai dari riset yang dilakukan baik eksakta dan non eksakta maupun terjun langsung ke dalam masyarakat sebagai bentuk realisasi terhadap Tri Dharma Perguruan Tinggi. Namun, untuk melakukan itu semua tentunya harus disadari oleh kerangka berpikir ilmiah, agar rencana yang ingin direalisasikan tidak terkesan serampangan dan dapat dipertanggung jawabkan.

***
Daftar Pustaka
Achmad, Fahmy Yanuar. 2010. Pergerakan, Potensi, dan Peran Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Bangsa. Yogyakarta: Subdit PPKB Ditmawa Universitas Gadjah Mada.
http://www.galeriilmiah.wordpress.com, tanggal 11 November 2013.

Nisa, Zahrotun. 2010. Mahasiswa sebagai Agent of Change dan Social Control Pembangunan Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Subdit PPKB Ditmawa Universitas Gadjah Mada.



Monday, October 28, 2013

KEPEMIMPINAN ADA DI TANGAN PEMUDA MASA KINI!

Pemuda dengan semangat membara, dahulu.. 
Pemuda mengangkat senjata, memperjuangkan kemerdekaan untuk Indonesia 
Pemuda dengan semangat membara, MASA KINI!
Pemuda sebagai pilar terdepan dalam perubahan bangsa Indonesia 




Pada peringatan sumpah pemuda tahun 2013 ini, seluruh BEM Biologi, BEM KM UGM, dan BEM dari seluruh fakultas di Universitas Gadjah Mada menggelar aksi mahasiswa. Aksi yang berisi orasi dari seluruh pemuda serta teatrikal ini menarik perhatian para pengguna jalan dan media di sekitaran Bundaran UGM
Aksi yang berlangsung damai ini, ditujukan untuk membangkitkan kembali semangat sumpah pemuda di masyarakat. 



Teatrikal yang ditunjukkan pada aksi mahasiswa ini, menggambarkan bahwasanya pemuda masa kini terpecah belah, ketidakpedulian pemuda masa kini sangat terasa.. dimana pemuda sekarang, bagaikan bangunan kokoh.. tetapi dengan pondasi yang rapuh. Mudah terbawa arus zaman, tak punya pendirian, lebih bangga dengan negara lain, individualis, dan sebagainya. 

Pada momen peringatan sumpah pemuda ini, mahasiswa memberikan pesan. Bahwasanya, pemuda pemudi, siapapun anda, anda mempunyai peran besar dalam memajukan bangsa ini.
Ingatlah, sekecil apapun perubahan yang anda buat sangat berarti bagi negeri ini...


 


Dalam aksi ini, mahasiswa juga berharap agar pemuda sadar akan peran besarnya dalam memajukan bangsa ini. Karena suatu saat nanti, kita lah yang akan menjadi Pemimpin di Ibu pertiwi. 
Leburkan lah sekat di antara kita, satukan semangat juang! Bersatu padu dalam memajukan Indonesia!